TUGAS BAHASA INDONESA MERESENSI BUKU ENSIKLOPEDIA BAHASA DAN SASTRA INDONESIA “TATA BAHASA”
TUGAS
BAHASA INDONESA
MERESENSI BUKU
ENSIKLOPEDIA
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
“TATA BAHASA”
OLEH
AMORIANO DE
JESUS PEREIRA SEAC (61180016)
PROGRAM STUDI
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TIMOR
KAMPUS ATAMBUA
2018
RESENSI
§ Jenjang :
Referensi
§ Pengarang :
Irsyadi Shalima
§ Penerbit :
PT Intan Pariwara 2014
§ ISBN :
978-979-28-1643-3
§ Halaman :
120
§ Ukuran Buku : 17,6 x 250 cm
§ Kertas Cover :
Hard Cover
§ Kertas Isi :
HVS
§ Teknik Penjilidan :
Jahit Benang
§ Finishing :
UV Varnish
§ Cetak Sampul :
Full Colour
§ Cetak Isi :
1 Warna
§ Harga : Rp. 75.000,-
§ Sinopsis Buku
Tata bahasa
adalah himpunan kaidah struktur bahasa. llmu bahasa atau Linguistik merupakan
ilmu yang mengkaji tata bahasa tersebut. Cabang Linguistik yang mengkaji tata
bahasa adalah morfologi dan sintaksis. Pengkajian Linguistik terhadap berbagai
bahasa menghasilkan kaidah berbeda. Oleh karena itu, setiap bahasa memiliki
karakteristik tata bahasa berbeda. Tata bahasa meliputi beberapa tataran
kebahasaan, yaitu kata, frasa, klausa, dan kalimat. Gabungan kata dapat
membentuk frasa. Gabungan frasa dapat membentuk klausa. Klausa dapat berupa
kalimat. Gabungan klausa akan membentuk kalimat kompleks. Jadi, kalimat
merupakan konstruksi yang dibentuk dari satuan-satuan yang lebih kecil. Tata bahasa
bahasa Indonesia penting dikaji karena berkaitan dengan standardisasi bahasa
Indonesia. Usaha standardisasi tersebut telah dilakukan sejak lama oleh ahli
bahasa. Tata bahasa bahasa Indonesia penting dipahami oleh masyarakat Indonesia
yang multikultur. Tata bahasa bahasa Indonesia juga bermanfaat bagi orang asing
yang sedang mempelajari bahasa Indonesia.
ü Ringkasan Isi Buku :
Ø Kata
Setiap
Bahasa di dunia ini memiliki kata. Kata digunakan baik dalam tulis maupun
lisan. Kata digunakan sebagai lambing yang mengacu sesuatu yang dilambangkan.
Kata dibentuk dari unsur – unsur tertentu. Penggabungan kata tersebut akan
menghasilkan bentukkan lain. Selain itu, kata terbagi atas berbagai jenis
sesuai dengan acuannya.
§ Pengertian Kata
Setiap
kata memiliki makna, baik makna leksikal maupun makna gramatikal. Kata adalah
unsur Bahasa yang mengandung arti dan terdiri atas satu atau lebih morfem.
Morfem merupakan satuan gramatikal terkecil.
Morfem
tidak dapat dibagi lagi ke dalam bentuk yang lebih kecil. Contohnya, kata dasar
benar tidak dapat dibagi menjadi be dan nar.
§ Pembentukan Kata
Proses pembentukan kata disebut juga proses
morfologis. Proses morfologis terjadi ketika kata dasar mendapat afiks atau
imbuhan tertentu sehingga menghasilkan kata baru. Contoh penggabungan awalan meN – dan kata dasar sontek akan menghasilkan bentuk
menyontek, bukan *mensontek. Proses
tersebut disebut proses morfofonemik.
Proses morfofonemik adalah proses perubahan bentuk akibat fonem atau morfem. Fonem adalah bunyi Bahasa yang mempunyai
fungsi untuk membedakan suatu arti kata dengan kata lain. Fonem selalu diapit
dengan dua garis miring (/…./) dalam penulisannya. Contohnya, fonem/I/ berbeda
dengan fonem /t/ dalam kata lari dan tari.
Proses morfofonemik terbagi menjadi tiga jenis, yaitu
proses perubahan fonem, proses penambahan fonem, dan proses penghilangan fonem. Proses
tersebut terjadi karena pertemuan fonem terahkir suatu morfem dengan fonem awal
morfem lain. Contohnya penggabungan awalan ber-
dan kata ajar akan membentuk kata belajar, bukan berajar. Pertemuan antara fonem /r/ dalam ber- dan fonem /a/ dalam
ajar mengakibatkan fonem /r/ berubah menjadi fonem /I/. Proses tersebut
termasuk proses perubahan fonem. Dalam
proses morfofonemik penambahan fonem, fonem ditambahkan pada kata bentukan
baru. Kata dasar dalam proses ini hanya terdiri atas satu suku kata. Contohnya,
kata dasar bom, cat dan las menjadi mengebom, mengecat, dan mengelas ketika mendapat awalan meN-.
Kata – kata dasar tersebut menjadi pengebom,
dan pengelas ketika mendapat
awalan peng-. Sementara itu kata *pengecat tidak lazim Dalam Bahasa
Indonesia. Tanda asterisk (*) digunakan untuk menandai kata atau gabung kata
yang tidak lazim.
Proses
penghilangan fonem. Pada proses ini satu
fonem dari dua morfem yang digabungkan dihilangkan. Penghilangan tersebut
terjadi akibat penggabungan antara morfem terikat dan morfem bebas yang
berawalan fonem /I/,/r/, /w/, dan nasal. Nasal adalah bunyi bunyi sengau
misalnya fonem /m/, /n/ /ñ/, dan /ꬼ/. Contohnya, penggabungan antara awalan
meN- dan kata dasar lapor menghasilkan melapor,
bukan *menlapor. Dalam pembentukan tersebut, fonem nasal hilang.
Dalam Bahasa Indonesia, proses
pembentukan kata dilakukan dengan pengimbuhan (afiksasi) dan pengulangan kata
(reduplikasi).
Imbuhan
(Afiks), imbuhan dibagi menjadi 4 bagian, yaitu awalan(prefiks), sisipan
(infiks), ahkiran (sufiks), dan gabungan awalan ahkiran (konfiks).
Kata ulang atau Reduplikasi, terdapat
empat macam kata ulang, yaitu pengulangan utuh (merupakan proses pengulangan
dengan mengulang seluruh bentuk dasar. Pengulangan utuh disebut pula
dwilingga), Pengulangan Sebagian ( merupakan proses pengulangan dengan
mengulang sebagian bentuk dasar, baik depan atau belakang. Pengulangan
sebagaian dibagi menjadi dua, yaitu dwipurwa dan dwiwasana [dwipurwa adalah
proses pengulangan bentuk dasar dengan mengulang suku kata pertama bentuk dasarnya.
Dwiwasana adalah proses pengulangan bentuk dasar dengan mengulang bagian
belakang bentuk dasarnya.]), Pengulangan berimbuhan (merupakan proses
pengulangan dengan menambah imbuhan), Pengulangan berubah bunyi ( merupakan
proses pengulangan dengan mengulang seluruh bentuk dasar disertai dengan
perubahan bunyi atau fonem. [perubahan bunyi tersebut dapat berupa bunyi vocal
atau konsonan] Proses pengulangan ini disebut dwilingga salin suara)
§ Jenis – Jenis Kata
Ada
8 kelas kata yang digolongkan berdasarkan sifat kata dalam kalimat.
1.
Kata benda, merupakan jeni kata yang menyatakan nama, tempat,
benda, atau sesuatu yang dibendakan. Kata
benda disebut juga
substantive atau nomina.
2. Kata kerja, merupakan kata
yang menyatakan perbuatan atau perilaku.
Kata kerja disebut juga verba.
3. Kata sifat, merupakan kata
yang menyebutkan sifat atau keadaan suatu
benda. Kata sifat disebut juga kata keadaan atau
adjektiva. Kata sifat
berfungsi attribute, predikat, dan
substantive.
4.
Kata Keterangan, merupakan kata yang memberi keterangan pada kata
kerja, kata sifat, kata bilangan, kata
tambahan, dan kata keterangan.
Kata keterangan disebut juga adverbial.
5.
Kata Ganti, merupakan kata yang berfungsi menggantikan kata benda.
Kata ganti menduduki subjek
dan objek. Kata ganti disebut
pronominal.
6. Kata Bilangan, merupakan
kata yang digunakan untuk menyatakan
jumlah, himpunan, atau urutan. Kata
bilangan disebut juga numeralia
7.
Kata Depan (Preposisi), kata depan merangkaikan kata dengan kata
dalam kalimat. Kata depan terletak di depan
kata benda
8.
Kata Sambung (Konjungsi), kata sambung disebut juga kata
penghubung atau konjungsi. Konjungsi adalah
kata yang digunakan
untuk menghubungkan kata
dengan kata, frasa dengan frasa, kalimat
dan kalimat, dan paragraf dan paragraph
§ Kata Sandang
Kata sandang merupakan kata yang
membendakan kata di belakangnya. Kata sandang disebut juga artikel. Contoh
kata sandang adalah si dan sang, misalnya si buaya dan sang
Raja. Selain itu, ada beberapa kata sandang lain yang sudah tidak
produktif, yaitu hang, dang dan sri
§ Kata Seru
Kata Seru merupakan kata yang digunakan
untuk menyatakan perasaan. Timbulnya kata seru sangat erat dengan situasi atau keadaan yang terjadi. Kata seru
disebut juga interjeksi. Jenis – jenis kata seru sebagai berikut.
1.
Kata Seru menunjukan perasaan tidak senang atau bersungut – sungut,
misalnya hah dan ah.
2.
Kata Seru menunjukan perasaan sedih atau sakit, misalnya aduh,
kasihan, ai dan o.
3.
Kata Seru menunjukan kekaguman, misalnya
aduhai, oh dan amboi.
4.
Kata Seru menunjukan ajakan, misalnya mari,
ayo dan oi.
5.
Kata Seru menunjukan kejijikan, misalnya cis
dan bah.
6.
Kata Seru menunjukan perasaan kaget, misalnya astaga, masya Allah,
dan Astagfirullah.
7.
Kata Seru menunjukan kesyukuran, misalnya alhamdulilah.
8. Kata Seru menunjukan
pengakuan, misalnya sungguh dan demi Allah.
9.
Kata Seru menunjukan Pengampunan terhadap kesalahan, misalnnya
ampun.
10.
Kata Seru menunjukan perasaan belasungkawa, misalnya Inna
Lillahi.
11.
Kata Seru menunjukan harapan, misalnya Insyah
Allah.
12.
Kata Seru menunjukan sumpah serapah atau makian keras, misalnya
sialan
dan kurang ajar.
13.
Kata Seru menunjukan ketidakpercayaan, misalnya masa dan mana
boleh.
14.
Kata Seru menunjukan tiruan bunyi (onomatope), misalnya tar,
pang, tu, pung , ping, neng, ter, sir, sur, bum, aum, eong, dan kring.
15.
Kata Seru Menunjukan perasaan kesal, misalnya brengsek, sialan,
buset dan keparat.
16.
Kata Seru Menunjukan perasaan heran, misalnya aduh, aih, ai, lo, eh,
oh, dan
ah.
17.
Kata Seru menunjukan panggilan, misalnya hei,
he, eh, dan Halo.
18. Kata Seru menunjukan
simpulan, misalnya nah.
§ Perubahan Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia
Setiap
Kata dalam Bahasa Indonesia tergolong dalam kelas kata tertentu. Perubahan
kelas kata pada umumnya terjadi karena proses morfologis atau proses
pembentukan kata. Proses morfologis tersebut berupa afiksasi dan komposisi.
Contohnya, ajar + peN- + -an à
pengajaran. Kata ajar pada awalnya berupa kata kerja. Kata ajar mendapat
imbuhan peN- + -an menjadi kata pengajaran. Kata pengajaran
berubah menjadi kata benda.
v Kata Majemuk
Kata majemuk adalah gabungan dua buah
morfem dasar atau lebih yang mengandung satu pengertian baru. Kata majemuk
disebut juga kompositum. Kata majemuk termasuk dalam golongang khusus yang
berbeda dengan frasa. Kata majemuk merupakan proses morfologis, sedangkan frasa
merupakan proses sintaksis
§ Ciri – Ciri Kata Majemuk
-
Kata majemuk tidak dapat
disisipi unsur lain
-
Kata majemuk tidak dapat
diperluas
-
Kata mejemuk tidak dapat
dibalik
§ Jenis – Jenis
Kata Majemuk
Kata majemuk dapat berupa
gabungan dua morfem berbeda jenis. Kata majemuk dapat berupa gabungan antara
kata dan pokok kata, misalnya medan
tempur. Kata medan termasuk jenis kata, sedangkan
kata tempur merupakan pokok kata.
Kata majemuk juga dapat berupa berupa
gabungan antara pokok kata dan pokok kata. Contoh lomba renang kata lomba termasuk pokok kata, kata renang juga pokok kata.
v Frasa
§ Pengertian
Frasa
Frasa merupakan satuan
gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih yang memiliki satu fungsi.
§ Pembentukan
Frasa
Frasa memiliki 2 sifat,
1 frasa merupakan satuan
gramatik yang terdiri atas dua kata
atau lebih
2
frasa merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi
untus klausa, artinya, frasa
tersebut selalu terdapat dalam satu
fungsi unsur klausa, misalnya subjek saja
atau predikat saja
Frasa memiliki 3 ciri, ciri
pertama, konstruksinya tidak mempunyai predikat (nonpredikatif). Kedua, proses
pemaknaannya berbeda dengan idiom. Ketiga, susunan katanya berpola tetap.
§ Perbedaan
Frasa dengan Kata Majemuk
Frasa
berbeda dengan kata majemuk. Kata majemuk merupakan gabungan kata yang
merupakan satuan kata. Meskipun sama –
sama gabungan kata, kata majemuk berbeda dengan frasa.
Menurut Harimurti Kridalaksana (1985), kata
majemuk harus bersifat kata. Kata majemuk merupakan konsep sintaksis, bukan
semantis.
§ Jenis – Jenis Frasa
Frasa dapat diklasifikasikan
menjadi dua jenis :
1 Berdasarkan persamaan
distribusi dengan unsurnya
Frasa dapat dibedakan menjadi 2 frasa
endosentris dan frasa
eksosentris
2
Berdasarkan Kategori kata yang menjadi unsur pusatnya
Frasa dibagi menjadi 5 macam,
a. frasa Nominal, b. frasa
verbal, c. frasa numeralia, d. frasa
adverbial, e. frasa
preposisional, dan f. frasa pronominal
v Klausa
§ Pengertian Klausa
Klausa
adalah satuan sintaksis berupa runtutan kata berkonstruksi perdikatif.
Klausa memiliki ciri – ciri
berikut,
1 Terdapat satu predikat.
2 Klausa berubah menjadi
kalimat jika diberi intonasi final.
3 Dalam kalimat plural,
klausa merupakan bagian dari kalimat
4 Klausa dapat diperluas
dengan menambahkan atribut fungsi –
Fungsi yang belum terdapat dalam klausa
tersebut ; selain
dengan penambahan konsituen atribut pada
salah satu atau
setiap fungsi sintaktis yang ada
§ Pembentukan Klausa
Klausa
dijelaskan sebagai satuan gramatik yang terdiri atas S-P baik disertai O, Pel.,
dan Ket. Maupun tidak. Klausa ialah S P (O) (pel.)(ket.). tanda kurung
menandakan bahwa fungsi yang terletak dalam kurung tersebut bersifat manasuka,
artinya boleh ada boleh juga tidak ada.
§ Jenis – Jenis Klausa
Klausa
dapat digolongkan berdasarkan tiga aspek, yaitu struktur intern, ada atau
tidaknya kata negatifkan P, dan kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi
P.
1.
Klausa Berdasarkan struktur intern, klausa terdiri atas unsur inti S dan P. S merupakan unsur inti yang
sering juga dihilangkan misalnya dalam kalimat luas sebagai akibat penggabungan
klausa dan dalam kalimat jawaban. Klausa yang terdiri atas S dan P disebut
klausa lengkap, sedangkan klausa yang tidak ber-S disebut klausa tak lengkap.
Berdasarkan struktur internya, klausa lengkap dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu klausa lengkap yang S-nya terletak di depan P dan klausa
lengkap yang S-nya terletak di belakang P. Klausa pertama disebut klausa
lengkap susun biasa, klausa lengkap yang S-nya terletak di belakang di belakang
P disebut klausa lengkap susun balik atau klausa inversi
2.
Klausa berdasarkan ada tidaknya kata negative yang
mengartikan P
a. Klausa Positif, merupakan klausa
tanpa kata negative
secara gramatik menegatifkan P.
b.
Klausa Negatif, merupakan klausa yang memiliki kata
– kata negative yang secara gramatik
menegatifkan P.
Beberapa contoh kata negatif
adalah tidak, tiada, tak,
bukan, belum, dan jangan
3.
Penggolongan Klausa berdasarkan kategori kata atau frasa
yang menduduki fungsi P. P dapat terdiri atas kata atau frasa
golongan N, V, Bil., dan FD. Berdasarkan golongan atau kategori kata atau frasa
yang menduduki fungsi P, klausa dapat digolongkan menjadi 4 golongan yaitu :
a. Klausa
Nominal, ialah klausa yang P-nya terdiri atas
kata atau frasa golongan N.
kata golongan N ialah kata – kata yang secara gramatik mempunyai perilaku
sebagai berikut :
1. Pada tataran
klausa N dapat menduduki fungsi S, P, dan O.
2. Pada tataran
frasa N tidak dapat dinegatifkan
dengan kata tidak,
tetapi dengan kata bukan, dapat
diikuti kata itu sebagai atributnya, dan dapat mengikuti kata depan di atau pada sebagai aksisnya.
b. Klausa
verbal, ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau
frasa golongan V. kata golongan V ialah
kata yang pada tataran klausa cenderung menduduki fungsi P dalam kalimat dan
pada tataran frasa dapat dinegatifkan dengan kata tidak. Contoh kata verba adalah berdiri,
gugup, menoleh, berhati – berhati, membaca, tidur, dan kurus.
c. Klausa
Bilangan
klausa bilangan atau klausa numeral
ialah klausa yang P-nya terdiri atas frasa golongan Bil.
4. Klausa Depan
Klausa depan atau klausa
preposisional ialah klausa yang P-nya terdiri atas frasa depan,yaitu frasa yang
diawali oleh kata depan sebagai penanda.
§ Pengertian
Kalimat
Kalimat adalah deretan kata
mengandung satu pengertian lengkap. Setiap kata mempunyai fungsi berbeda, ada
yang berfungsi sebagai subjek dan predikat.
Menurut KBBI, Kalimat memiliki 3
Pengertian :
1.
Kesatuan
ujaran yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan.
2.
Perkataan
3. Satuan Bahasa
secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara
actual atau potensial terdiri atas klausa.
Kalimat juga dapat
didefinisikan menurut dua versi.
1. Menurut
Maknanya, kalimat adalah kesatuan bahasa terkecil yang mengandung pikiran
lengkap.
2. Menurut
Strukturnya, kalimat adalah bagian yang didahului oleh kesenyapan dan diahkiri
dengan kesenyapan.
Jadi,
Kalimat dapat didefinisikan dengan memberikan ciri – ciri berikut :
1.
Berupa
deretan Kata yang mengandung satu pengertian.\
2. Secara
tertulis kalimat diahkiri dengan tanda baca titik, tanda Tanya, atau tanda
seru.
3. Secara lisan
kalimat diahkiri dengan intonasi selesai
§ Pembentukan
Kalimat
Sebagai deretan kata, setiap
kata dalam kalimat mempunyai fungsi berbeda. Fungsi – fungsi dalam kalimat
sebagai berikut :
1. Subjek,
Subjek dapat disebut pokok
kalimat. Ciri – ciri subjek
a.
Berbentuk
kata benda
b. Dapat diikuti
oleh kata ini dan itu
c. Dapat diikuti
oleh partikel pun
d. Terletak di
depan predikat
e.
Dapat
digunakan untuk menjawab pertanyaan dengan kata tanya apa dan siapa
Ada
2 jenis subjek yaitu subjek Pelaku (Subjek yang melakukan perbuatan) dan subjek
Penderita (Subjek yang dikenai perbuatan)
2.
Predikat
Kata lain dari predikat
adalah sebutan. Predikat
merupakan bagian yang menjelaskan subjek. Ciri – ciri predikat sebagai berikut
:
a.
Memberi
penjelasan subjek
b.
Letaknya
setelah subjek
Menurut
sifatnya , predikat dapat di kelompokkan menjadi dua bagian yaitu :
a.
Predikat
verbal, predikat berupa kata kerja
b.
Predikat
nominal adalah predikat berupa kata benda, kata sifat, atau kata bilangan
3.
Objek
Objek disebut juga dengan
pelengkap. Objek ini dapat dikenali dengan du acara.
a. Dengan melihat
jenis predikatnya
b.
Dengan
memperhatikan ciri khas objek itu sendiri
Menurut
sifatnya objek memiliki 3 jenis
a. Objek
penderita, objek yang dikenai perbuatan
b. Objek Pelaku
adalah objek yang melakukan perbuatan
c.
Objek
penyerta adalah objek yang menyertai perbuatan
4.
Pelengkap
Pelengkap
disebut juga dengan istilah komplemen. Ciri – ciri pelengkap Sebagai berikut :
a.
Berjenis
kata benda, kerja, dan sifat
b.
Berada
di belakang predikat dan dapat didahului kata depan
c. Kalimanya
tidak dapat diubah menjadi kalimat pasif
d. Pelengkap
tidak bisa diubah menjadi subjek
e. Tidak dapat
diganti dengan –nya
5. Keterangan
Keterangan adalah bagian
kalimat yang memberi penjelasan mengenai kalimat atau bagian kalimat. Beberapa
jenis keterangan sebagai berikut :
a. Keterangan
tempat, misalnya di rumah, ke kota
dan dari sana.
b. Keterangan
waktu, misalnya kemarin, hari ini, besok,
dua tahun lalu, yang akan datang, dan tahun
depan
c.
Keterangan
alat, misalnya dengan pisau, dengan galah
dan dengan pensil warna.
d.
Keterangan
cara, misalnya dengan bersorak – sorai,
secara sederhana, dan secara acak.
e. Keterangan
tujuan, misalnya supaya cepat, agar
lancar, bagi sesama, dan demi
mencapai tujuan.
f.
Keterangan
penyerta, misalnya dengan teman sebangku,
bersama orang tuanya dan beserta
adiknya
g.
Keteragan
similatif atau perbandingan, misalnya seperti suara halilintar, bagaikan api daengan air, dan sebagai anak yang baik.
h.
Keterangan
penyebaban, misalnya karena hujan turun
dan sebab kesiangan.
i.
Keterangan
Kesalingan, Misalnya satu sama lain.
§ Kategori Kata yang Membentuk Kalimat
Dalam
salah satu kategori kata dibagi dalam empat kelompok :
1.
Kata
benda atau Nomina
2.
Kata
sifat atau Adjektiva
3.
Kata
kerja atau Verba
4.
Kata
Tugas
§ Pola Kalimat Bahasa Indonesia
Pola
Kalimat adalah aturan yang menjadi
pedoman penyusunan kalimat. Pola kalimat dalam Bahasa Indonesia dikelompokkan
menjadi dua bagian sebagai berikut:
1.
Pola
Utama
Dalam
pola utama ini semua fungsi belum mengalami perkembangan ada beberapa bentuk
pola utama sebagai berikut:
a.
Pola
Subjek – Predika (S-P)
b.
Subjek
– Predika – Objek (S-P-O)
c.
Subjek
– Predikat – Pelengkap (S-P-Pel.)
d.
Subjek
– Predikat – Keterangan (S-P-Ket.)
e.
Subjek
– Predikat – Objek – Pelengkap (S-P-O-Pel.)
f.
Subjek
– Predikat – Objek – Keterangan (S-P-O-Pel.)
2.
Pola
Tambahan
Pola
tambahan ini diperoleh karena pengembangan pola utama. Beberapa polla tambahan
terdapat pada contoh berikut :
a.
Subjek
(S) [Kuda = Subjek]
b.
Predikat
(P) [Duduk = Predikat]
c.
Objek
(O) [Rumah Mewah = Objek]
d.
Keterangan
(Ket.) [Di Rumah = Ket. Tempat]
e.
Predikat
– Subjek (P-S) [Marah(P) Dia (S)]
f.
Subjek
– Objek – Predikat (S-O-P) [Rumah itu(S) mereka(O) beli(P).]
g.
Keterangan
– Subjek – Predikat (K-S-P) [Bersama Guru(K) para murid(S) belajar(P)]
§ Jenis – Jenis Kalimat
Kalimat
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori sebagai berikut :
1.
Kalimat Berita, Kalimat Tanya. Kalimat Perintah, dan Kalimat Seru
a.
Kalimat berita, kalimat
berita disebut juga kalimat deklaratif. Kalimat berita digunakan untuk memberitahukan sesuatu
kepada orang lain.
b. Kalimat Tanya,
kalimat Tanya disebut juga kalimat interogatif. Kalimat tanya digunakan untuk
menanyakan sesuatu, jika diucapkan kalimat tanya diahkiri dengan nada naik.
c. Kalimat
Perintah, kalimat perintah disebut juga kalimat imperatif. Kalimat perintah
digunakan untuk meminta orang lain melakukan sesuatu, dalam bentuk tulis,
kalimat perintah dahkiri dengan tanda seru ( !). dalam bentuk lisan
kalimat perintah diahkiri dengan nada agak naik.
d. Kalimat Seru,
kalimat seru disebut juga kalimat interjeksi, kalimat seru digunakan untuk
mengungkapkan perasaan.
2. Kalimat
Lengkap dan Tidak Lengkap
Berdasarkan unsur pokoknya,
kalimat lengkap dibedakan menjadi 2 yaitu,
a. Kalimat
lengkap, kalimat lengkap disebut juga dengan kalimat sempurna, kalimat lengkap
memiliki sekurang – kurangnya dua unsur pookok, yaitu S dan P.
b. Kalimat Tidak
Lengkap, kalimat tidak lengkap disebut juga kalimat tidak sempurna. Kalimat
tidak lengkap disebut juga kalimat elips, kalimat tidak lengkap biasanya tidak
memiliki subjek, Kalimat tidak lengkap dapat terdiri atas S,P, bahkan Ket.
Saja.
3. Kalimat
Langsung dan Tidak Langsung
Menurut cara penyampaianya,
kalimat dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Kalimat
langsung, kalimat langsung diucapkan langsung oleh pembicara. Dalam bahasa
tulis, kalimat langsung ditulis dengan aturan berikut :
1.) Kalimat berupa
ucapan langsung ditulis di antara tanda Petik ( ‘’…..’ ‘)
2.) Sebelum
kutipan langsung, diberi tanda koma (,) kecuali kutipannya di depan
3.) Kalimat
langsung diahkiri dengan tanda baca sesuai.
4.) Kalimat
langsung berupa kalimat berita diahkiri dengan tanda koma
5.) Dalam Kalimat
langsung ada kata – kata kekerabatan yang mengacu kepada orang yang diajak
bicara.
b. Kalimat tidak
Langsung
Kalimat
tidak langsung untuk menirukan ucapan seseorang. Kalimat itu
tidak di baca pembicara sendiri, namun kalimat itu ditirukan oleh orang lain.
Kalimat tidak langsung ditulis dengan tanda petik.
4. Kalimat
Aktif dan Pasif
Kalimat pasif dan aktif
dibedakan oleh S dan P
a. Kalimat Aktif,
Kalimat aktif disebut juga kalimat tindak. Kalimat aktif dapat diubah menjadi
kalimat pasif Kalimat aktif memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
1.) Subjeknya
melakukan perbuatan
2.) Predikatnya berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-
b.
Kalimat
Pasif
Kalimat pasif merupakan
kebalikan dari kalimat aktif. Kalimat pasif juga disebut kalimat tanggap. Kalimat
pasif memiliki Ciri – ciri sebagai berikut :
a. Subjeknya
dikenai perbuatan.
b. Predikatnya menggunakan kata kerja bentuk pasif. Biasanya
predikat berupa kata kerja di- atau ter-
Kalimat pasif memiliki kaitan
dengan :
a.
Jenis
kata kerja yang digunakan sebagai predikat
b.
Fungsi
subjek dan objek dalam kalimat; serta
c.
Bentuk
kata kerja yang digunakan.
5.
Kalimat Positif dan Negatif
Ciri
yang membedakan antara kalimat positif dan negative adalah penggunaan kata tidak, selain kata tidak kalimat negatif juga ditandai dengan kata bukan.
6.
Kalimat Tunggal dan Majemuk
Unsur
pembentuk kalimat adalah kata. Sejumlah kata yang dirangkai akan menjadi
klausa, klausa dapat juga disebut bagian – bagian kalimat. Berdasarkan
banyaknya klausa, kalimat dapa dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
a.
Kalimat
Tunggal
Kalimat tunggal adalah
kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti.
b. Kalimat
Majemuk
Kalimat majemuk merupakan
hasil penggabungan dua kalimat tunggal. Berdasarkan kedudukan klausanya ada 2
jenis kalimat majemuk yaitu :
1. Kalimat
majemuk setara
Pada Majemuk setara dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Unsur sama
dalam kalimat majemuk setara bisa dilesapkan.
b.
Maksud
dilesapkan adalah hanya ditulis satu kali.
c.
Pelesapan
unsur kalimat harus tidak mengubah maksud kalimanya
2.
Kalimat
Majemuk Bertingkat
Kalimat
majemuk bertingkat terdiri atas klausa tidak sederajat, keduduka klausanya
tidak sama ada klausa yang menjadi induk kalimat dan ada klausa yang menjadi
anak kalimat.
Dalam kalimat majemuk bertingkat, unsur
yang bias dilesapkan adalah unsur subjek. Itu pun tidak berlaku bagi semua
jenis kalimat majemuk bertingkat.
7. Kalimat
Mejemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran
adalah gabungan antara kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat,
kalimat majemuk campuran minimal terdiri atas tiga klausa
Contohnya :
Samsuri
mengendarai sepeda motor dan Samsul membonceng karena jihan tidak ikut acara
itu
Pada contoh kalimat tersebut terdapat dua
klausa bebas dan satu klausa terikat, klausa bebas pertama adalah Samsuri mengendarai sepeda motor, klausa
bebas kedua adalah Samsul membonceng.
Klausa terikat dalam kalimat tersebut adalah karena jihan tidak ikut acara itu.
Kelebihan & Kekurangan Buku
ü
Kelebihan
buku :
Ø
Sampul Buku Menarik, berwarna tercantum informasi
Buku dengan jelas pada Sampul buku
Ø Bahan
Sampul Buku yang kuat sehingga tidak gampang terlipat saat digunakan
Ø
Materi yang dibahas oleh buku ini cukup singkat, padat dan
jelas dalam segi penyajian materi yang mengulas secara lengkap
Ø
Banyak Istilah – istilah yang digunakan dalam Buku ini yang
sangat membantu pembaca untuk menambah wawasanya
Ø Setiap
Materi yang dibahasa dalam buku ini memiliki contoh – contoh yang mudah di
pahami dan sangat membantu pembaca untuk lebih memahami penjelasan dari setiap
materi
Ø Pada
halaman 32 terdapat patway pemetaan Imbuhan dalam Bahasa Indonesia yang sangat
membantu
Ø Huruf
– huruf yang digunakan dalam Buku ini mudah di baca
Ø Bahan
buku yang digunakan tidak berat sehingga membuat pembaca mudah membawa buku
ü Kekurangan buku :
Ø Ada beberapa istilah yang tidak di jelaskan secara langsung artinya
Ø Istilah yang ada pada Glosarium tidak mencakup seluruh istilah pada buku
ü
Kesimpulan :
Ensiklopedi
ini merupakan salah satu pelengkap kebutuhan pokok akan informasi pengguna
khususnya para pelajar. Setelah saya membaca Buku Ensiklopedia Bahasa dan Sastra
Indonesia, buku ini menyajikan materi secara lengkap beserta dengan contoh
– contoh yang sangat membantu, untuk keseluruhan kekurangan buku sebenarnya
hampir tidak terlihat karena kelebihan buku yang menutupi kekurangan dari buku
ini, dalam hal ingin mempelajari dan mengetahui apa itu Tata Bahasa buku
ini cukup membantu dalam proses penambahan informasi dengan materi-materi yang
disajikan dan juga tidak adanya gambar dalam
menjelaskan materi sangat disayangkan, buku ini sangat menambah wawasan bagi yang
memerlukan.
Tampilannya banyak yang hitam sih...,,,,
BalasHapus